Laman

Thursday 11 March 2010

PERAMPOKAN MODERN

PERAMPOKAN MODERN

Akhir-akhir ini, banyak orang yang mengeluh karena adanya SMS spam yang masuk ke nomor HP. Dengan berkedok kuis, atau yang lain, mereka (pengirim pesan) telah merampok sebagian pulsa yang ada dalam nomor HP sasaran.
SMS spam tersebut, ada yang berani terus terang, menyebutkan nominal biaya pulsa jika penerima mengirim balik (membalas), dan ada pula yang memberi iming-iming hadiah tertentu yang menggiurkan, dan lain-lain. Dari sekian banyak jenis SMS spam, apabila pemilik HP tergiur membalasnya, akan terus kebanjiran SMS spam yang lain, yang akan menguras pulsa yang ada di dalam nomor HP. Padahal, pemilik nomor hanya bermaksud untuk mencoba ikut program yang dipromokan, atau hanya ingin mengikti kuis tertentu saja. Sekali lagi hanya ingin mencoba, tidak yang lain.
Yang lebih parah, ada SMS spam yang datang tanpa diminta dan tanpa pemberitahuan. Isi SMS spam yang dikirimkan tersebut banyak sekali macam dan jenisnya. Ada yang sekedar guyonan, sampai yang berkedok agama, yang menurut saya, semua jenis dan macamnya lebih banyak menyebalkan daripada manfaat yang didapatkan. Dan yang pasti, sangat merugikan masyarakat.
Suatu saat, saya mengisi pulsa Rp. 5.000,-. Belum sampai saya gunakan, saya mendapatkan kiriman SMS spam dua kali berturut-turut. Sebelum saya cek pulsa saya, saya mengirim beberapa SMS ke beberapa saudara untuk suatu keperluan. Tetapi hanya 4 atau 5 kali yang berhasil terkirim. Hal itupun saya ulang berkali-kali, barangkali ada masalah jaringan. Tetapi, setelah saya cek pulsa ternyata tinggal kurang dari Rp. 50,-. Saya baru sadar, pulsa Rp. 5.000,- yang baru saya beli telah dirampok seseorang lewat SMS spam. Karena pentingnya berita yang harus saya kirim, saya beli pulsa lagi Rp. 5.000.- pada hari berikutnya (sekitar jam 10.30), setelah mendapatkan hutangan uang dari teman. Sekali lagi saya mendapatkan kiriman SMS spam dua kali berturut-turut. Saya cek pulsa tinggal Rp. 1050,-. Dalam hati, saya ngomel sendiri. Saya tanya pada penjual pulsa tentang hal ini dan minta solusi agar tidak terulang. Saya disarankan untuk mengirim (membalas) SMS dengan kalimat UNREG. Tetapi tidak berhasil. Berkali-kali hal itu saya lakukan tidak berhasil. Akhirnya saya berusaha mencari tahu lewat beberapa teman melalui sms. Setelah itu saya baru tahu, ternyata UNREG tidak terkirim gara-gara pulsa tidak cukup. Pada sekitar jam 15.30, setelah mendapatkan hutangan lagi, saya beli pulsa Rp. 5.000,-. Tidak lebih satu menit setelah pulsa masuk ke nomor saya, 2 SMS spam masuk berturut-turut. Setelah saya cek, sisa pulsa kurang dari Rp. 2.000,-, sehingga tidak cukup untuk mengirim UNREG. Karena sudah tidak ada uang, saya tidak mengisi pulsa lagi, walaupun masih nggrundel karena telah dirampok tanpa bisa minta tolong kepada siapapun.
Beberapa hari kemudian, karena tidak punya uang cukup banyak, saya beli pulsa lagi Rp. 5.000,-. Toh kalau ada 2 spam berturut, saya perkirakan masih cukup untuk UNREG dengan sisa pulsa yang lalu. Ternyata dugaan saya salah. UNREG yang saya kirim tertunda. Sekali lagi saya kirim dan tertunda lagi.
Saya kembali ke penjual pulsa minta saran, setelah menceritakan kejadian yang baru saja saya alami. Saya disarankan untuk menghubungan orperator lewat nomor 3 digit yang tidak memerlukan biaya pulsa. Namun tidak jua mendapat informasi yang saya perlukan. Akhirnya saya disarankan untuk menghubungan nomor layanan service yang menggunakan nomor telpon rumah (dengan nomor kode 021). Saya hubungi nomor tersebut. Belum selesai saya menjelaskan kejadian yang saya alami, pulsa sudah habis. Pulsa habis ludes, informasi tidak saya dapatkan.
Tanpa berpikir panjang, saya buang my chip number tanpa berfikir menyelamatkan nomor-nomor teman dan sudara yang ada di dalamnya. Saya telah dirampok, dan berakhir rugi sendiri karena membuang chip number.
Setelah kejadian itu, saya befikir dan berkesimpulan bahwa kerugian material yang saya alami disebabkan oleh perampokan, kebodohan, dan kemiskinan. Andai pulsa saya tidak dirampok oleh SMS spam, atau saya bisa mensikapi dengan membeli pulsa minimal Rp. 10.000,-, tentu tidak akan terjadi masalah. Yah…. karena kemampuan beli pulsa hanya Rp. 5.000,-, itupun hutang, terjadilah yang sudah terjadi.
Kanyataan saya bodoh dan saya miskin, saya akui. Tetapi, perampokan ini siapa yang harus menertibkannya ? Padahal kita sebagai rakyat punya wakil (DPR) dan pemerintah yang tentunya kita harapkan dapat memberikan kenyamanan dalam hidup bermasyarakat dan benegara. Sepertinya mereka tidak terpikir hal-hal semacam ini. Mereka lebih banyak mikir ‘bagaimana saya mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dan terus dapat menjabat, sampai akhir hayat. Syukur anak atau menantu saya juga bisa menjadi pejabat’.
Pantaslah….. Jika mereka yang punya jabatan di Pemerintahan memperkaya diri dengan cara-cara tertentu yang kadang bisa dikategorikan merampok uang rakyat, mereka yang lain juga merampok uang rakyat dengan cara mengirim SMS spam. Atau bahkan ada yang menggunakan kedua-duanya. Ya merampok dengan jabatan, juga ikut-ikutan merampok dengan cara bikin ‘SMS Perimun’ .
Dan mungkin masih banyak lagi cara-cara yang lain………..
Terus kita gimana… ? Yuk kita bergabung untuk melawan semua ini.

No comments:

Post a Comment